Sabtu, 31 Mei 2014

Entahlah....

Kusuka dirinya, mungkin aku ‘sayang’. Mungkin itu yang sekarang lagi aku rasakan. Sesak, seperti kehilangan nyawa. Terlihat bodoh mungkin, memperjuangkan seseorang yang tidak pernah menjadikan kita satu-satunya. Kemungkinan besar hanya setengah persen, hmm..
Baik, alim, pintar. Siapa sih yang nggak suka? Kehadiranmu tidak pernah aku duga sebelumnya. Semakin lama aku semakin nyaman, dengan panggilan sayangmu. Sampai aku tidak sadar, kalau kita tidak ada hubungan apa-apa. Miris ya? Jangankan untuk bertemu, mendengar suara kamu saja, begitu sulit. Entah apa yang membuatmu istimewa, tapi bagiku kamulah segalanya.
Aku takut. Takut kalau suatu saat tidak bersama kamu lagi, seperti hari ini kamu pergi untuk kebaikan kita. Mungkin hanya sebentar, bagimu, tapi bagiku itu sangat lama. Terlihat konyol mungkin,  kita yang tidak ada ikatan apa-apa tapi saling takut kehilangan. Itu semua hanya sebagian kecil rencana Tuhan, entah, setelah ini akan terjadi apalagi.
Tapi, ya itulah kamu. Apapun yang membuat kamu senang, akan ku lakukan sekalipun harus mengorbankan perasaanku sendiri. Dalam hati aku bertanya, apa jadinya aku tanpa kamu, sayang? Aku sudah terbiasa dengan kamu, aku tidak bisa membayangkan itu semua bila terjadi.
Ah, sudah jika ini diteruskan akan membuat aku semakin sedih.
Satu bulan lebih tepatnya kita sudah bersama. Mungkin aku belum mengenal kamu lebih dekat, tapi sudah aku pastikan kamu memang segalanya untukku. Begitu GR sekali. Aku menyukaimu, tapi aku tidak tahu apa kamu juga begitu denganku. Emansipasi wanita? Sebagian orang tentu akan bilang seperti itu, ya, wanita harus memulai duluan sebelum akhirnya akan terlambat, dan perasaan itu akan senantiasa tetap tinggal tanpa pernah kita mengungkapkannya. Tapi, sebagian besar wanita juga menghargai dirinya sendiri, mereka menyebutnya gengsi. Aku juga begitu, tapi apa kita akan terus bertahan dengan status hanya sebagai teman? Semua orang pasti butuh kepastian, begitupun juga dengan diriku. Kalau teringat cerita Nabi Muhammad dengan Siti Khadijah, aku menjadi bersemangat. Iya, Siti Khadijah—lah yang meminang Nabi Muhammad. Begitu mulianya wanita itu. Aku ingin menjadi seperti dia, tapi, akan terlihat memalukan bila itu semua aku lakukan. Aku tidak peduli. Mengaku mengerti agama. Mencela wanita yang menyatakan cinta. Padahal Siti Khadijah yang meminang Rasulullah.
Sudahlah, aku hanya menunggu kepastiannya. Walaupun agak sakit.
Aku rindu. Rindu bila tidak ada kamu, sayang. Entah sampai kapan penantian ini akan berakhir. Aku tidak tahu. Dan aku berharap penantianku selama ini tidak sia-sia.
Apa yang kamu rasakan bila tidak ada aku? Apa kamu juga merasakan hal yang sama? Apa kamu juga merindukanku? Aku harap itu benar. Dan apapun yang terjadi, harus nerima keadaan yang nggak kita suka sekalipun. Sambil tersenyum aku selalu membayangkan wajah kamu, walaupun aku tidak pernah tahu? Konyol. Membayangkan tapi tidak pernah tahu.
Aku selalu berharap Tuhan akan selalu menjaga kamu, walaupun kita jauh. Doaku selalu menyertaimu. Bersamamu, aku lebih dari bahagia. Aku nggak bisa janji kalau aku akan mencintaimu selamanya. Tapi aku berjanji kalau aku akan berusaha untuk kembali jatuh cinta sama kamu setiap harinya. Hangat. Aku ingin memelukmu dari kejauhan, Doa.
Aku tidak akan ninggalin kamu, sayang. Kecuali kamu sendiri yang memintaku untuk pergi dan menjauhimu.
Bintang, aku suka melihat bintang. Sirius, bintang yang paling bersinar ketika yang lainnya sedang meredup. Indah. Aku selalu berharap jika aku melihat bintang yang bersinar, aku melihat kebahagiaan yang terpancar dari senyuman kamu. Sayangnya. Entah kapan hal itu akan terjadi, melihat senyuman kamu. Dan, memilikinya. Untukku, sendiri.  Aku hanya ingin melihatmu bahagia dengan cara apa pun termasuk jika kebahagiaam itu datang dari seseorang yang lain.
Mengenal dan dekat dengan kamu, adalah bahagia untukku. Apalagi menyukaimu. Menyukai seseorang itu bukan saja membuatnya memahami rasa senang juga sedih, tapi telah membuatnya belajar mengenai sebuah pengorbanan. Dan akhirnya, bahwa rasa sakit saat menyukai seseorang tidak saja ketika melihatnya tertawa untuk orang lain. Tetapi juga, ketika orang itu justru sedang menangis tak berdaya. Selamat malam, bintang yang paling bersinar.

Aku akan menunggumu kembali, dan memelukmu erat. Dan tak akan pernah ku lepaskan. Lfy©

Tidak ada komentar:

Posting Komentar