Kusuka
dirinya, mungkin aku ‘sayang’. Mungkin itu yang sekarang lagi aku rasakan.
Sesak, seperti kehilangan nyawa. Terlihat bodoh mungkin, memperjuangkan
seseorang yang tidak pernah menjadikan kita satu-satunya. Kemungkinan besar
hanya setengah persen, hmm..
Baik, alim,
pintar. Siapa sih yang nggak suka? Kehadiranmu tidak pernah aku duga
sebelumnya. Semakin lama aku semakin nyaman, dengan panggilan sayangmu. Sampai
aku tidak sadar, kalau kita tidak ada hubungan apa-apa. Miris ya? Jangankan
untuk bertemu, mendengar suara kamu saja, begitu sulit. Entah apa yang
membuatmu istimewa, tapi bagiku kamulah segalanya.
Aku takut.
Takut kalau suatu saat tidak bersama kamu lagi, seperti hari ini kamu pergi
untuk kebaikan kita. Mungkin hanya sebentar, bagimu, tapi bagiku itu sangat
lama. Terlihat konyol mungkin, kita yang
tidak ada ikatan apa-apa tapi saling takut kehilangan. Itu semua hanya sebagian
kecil rencana Tuhan, entah, setelah ini akan terjadi apalagi.
Tapi, ya
itulah kamu. Apapun yang membuat kamu senang, akan ku lakukan sekalipun harus
mengorbankan perasaanku sendiri. Dalam hati aku bertanya, apa jadinya aku tanpa
kamu, sayang? Aku sudah terbiasa dengan kamu, aku tidak bisa membayangkan itu
semua bila terjadi.
Ah, sudah
jika ini diteruskan akan membuat aku semakin sedih.
Satu bulan
lebih tepatnya kita sudah bersama. Mungkin aku belum mengenal kamu lebih dekat,
tapi sudah aku pastikan kamu memang segalanya untukku. Begitu GR sekali. Aku
menyukaimu, tapi aku tidak tahu apa kamu juga begitu denganku. Emansipasi
wanita? Sebagian orang tentu akan bilang seperti itu, ya, wanita harus memulai
duluan sebelum akhirnya akan terlambat, dan perasaan itu akan senantiasa tetap
tinggal tanpa pernah kita mengungkapkannya. Tapi, sebagian besar wanita juga
menghargai dirinya sendiri, mereka menyebutnya gengsi. Aku juga begitu, tapi
apa kita akan terus bertahan dengan status hanya sebagai teman? Semua orang
pasti butuh kepastian, begitupun juga dengan diriku. Kalau teringat cerita Nabi
Muhammad dengan Siti Khadijah, aku menjadi bersemangat. Iya, Siti Khadijah—lah
yang meminang Nabi Muhammad. Begitu mulianya wanita itu. Aku ingin menjadi
seperti dia, tapi, akan terlihat memalukan bila itu semua aku lakukan. Aku
tidak peduli. Mengaku mengerti agama. Mencela wanita yang menyatakan cinta.
Padahal Siti Khadijah yang meminang Rasulullah.
Sudahlah,
aku hanya menunggu kepastiannya. Walaupun agak sakit.
Aku rindu.
Rindu bila tidak ada kamu, sayang. Entah sampai kapan penantian ini akan
berakhir. Aku tidak tahu. Dan aku berharap penantianku selama ini tidak
sia-sia.
Apa yang
kamu rasakan bila tidak ada aku? Apa kamu juga merasakan hal yang sama? Apa
kamu juga merindukanku? Aku harap itu benar. Dan apapun yang terjadi, harus
nerima keadaan yang nggak kita suka sekalipun. Sambil tersenyum aku selalu
membayangkan wajah kamu, walaupun aku tidak pernah tahu? Konyol. Membayangkan
tapi tidak pernah tahu.
Aku selalu
berharap Tuhan akan selalu menjaga kamu, walaupun kita jauh. Doaku selalu
menyertaimu. Bersamamu, aku lebih dari bahagia. Aku nggak bisa janji kalau aku
akan mencintaimu selamanya. Tapi aku berjanji kalau aku akan berusaha untuk
kembali jatuh cinta sama kamu setiap harinya. Hangat. Aku ingin memelukmu dari
kejauhan, Doa.
Aku tidak
akan ninggalin kamu, sayang. Kecuali kamu sendiri yang memintaku untuk pergi
dan menjauhimu.
Bintang, aku suka melihat bintang. Sirius, bintang yang
paling bersinar ketika yang lainnya sedang meredup. Indah. Aku selalu berharap
jika aku melihat bintang yang bersinar, aku melihat kebahagiaan yang terpancar
dari senyuman kamu. Sayangnya. Entah kapan hal itu akan terjadi, melihat
senyuman kamu. Dan, memilikinya. Untukku, sendiri. Aku hanya ingin melihatmu bahagia dengan cara
apa pun termasuk jika kebahagiaam itu datang dari seseorang yang lain.
Mengenal
dan dekat dengan kamu, adalah bahagia untukku. Apalagi menyukaimu. Menyukai
seseorang itu bukan saja membuatnya memahami rasa senang juga sedih, tapi telah
membuatnya belajar mengenai sebuah pengorbanan. Dan akhirnya, bahwa rasa sakit
saat menyukai seseorang tidak saja ketika melihatnya tertawa untuk orang lain.
Tetapi juga, ketika orang itu justru sedang menangis tak berdaya. Selamat
malam, bintang yang paling bersinar.
Aku akan menunggumu kembali, dan
memelukmu erat. Dan tak akan pernah ku lepaskan. Lfy©
Tidak ada komentar:
Posting Komentar